Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
DEFINISI
Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal
di Indonesia tahun 2013 à suatu gangguan berupa isi lambung mengalami refluks berulang
ke dalam esofagus, menyebabkan gejala dan/atau komplikasi yang mengganggu.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
1. Obat:
Teofilin, antikolinergik, beta adrenergik (ipratropium bromida, tiotropium dan
deptropin), nitrat, calcium-channel blocker.
2. Paparan
Refluksat (umumnya bersifat asam): Makanan, seperti cokelat, makanan berlemak,
kopi, alkohol, dan rokok à Asam lambung naik à Merusak mukosa barrier à Esofagitis, displasia esofagus
3. Hormon:
Wanita hamil dan menopause
Hamil à Peningkatan progesteron à Menurunnya tekanan LES (Lower Esophageal Sphincter)
Menopause à Terapi hormon estrogen à Menurunnya tekanan LES
4. Struktural:
Hiatus hernia (kondisi di mana bagian atas lambung masuk ke rongga dada) à Asam lambung terperangkap di kantung hernia à Meningkatkan volume refluksat ke esofagus pada saat
terjadi relaksasi LES.
5. IMT
à Semakin tinggi IMT semakin tinggi resiko GERD
(Mempengaruhi tekanan intraabdomen)
PATOFISIOLOGI
Faktor ofensif:
1. Peningkatan
asam lambung
2. Distensi
lambung dan pengosongan lambung terlambat
3. Tekanan
intragastrik dan intraabdomen yang meningkat à Hamil, obesitas, dan pakaian terlalu ketat
Faktor defensif:
1. Fungsi
LES terganggu à Terjadinya aliran retrograde dari lambung ke
esofagus (disebabkan oleh turunnya tekanan LES akibat penggunaan obat-obatan, makanan,
faktor hormonal, atau kelainan struktural).
2. Mekanisme
bersihan esofagus terganggu à Bahan refluksat lambung kontak ke esofagus à Makin lama kontak antara bahan refluksat lambung dan esofagus
à Risiko esofagitis makin tinggi.
Refluks malam hari (berbaring à Tidak ada gaya gravitasi) à Risiko esofagitis lebih besar.
3. Epitel
esofagus
Eksaserbasi Gejala GERD
Saat terjadi stress atau ansietas à Penurunan inhibisi anti-nosiseptif à Proses penyampaian sinyal ke aferen traktus
gastrointestinal akan terganggu à Menimbulkan nyeri ulu hati atau heartburn.
DIAGNOSIS
a.
Anamnesis
Saat Makan dan Berbaring:
- Regurgitas
à Refluks setelah makan terutama dengan volume besar
dan berlemak dan sering muncul pada malam hari (rasa asam dan pahit di lidah
dapat disertai muntah)
- Heartburn à Rasa terbakar epigastrium dapat nyeri dan pedih à Panas di ulu hati-dada
Gejala
Lain
- Kembung
- Mual
- Cepat
kenyang
- Bersendawa
- Hipersalivasi
- Disfagia
(keganasan Barrett’s esophagus)
- Odinofagia
(ulserasi berat/infeksi)
- Batuk
kronis
- Serak
- Karies
- Otitis
media
Gejala
ekstraesofageal lainnya penderita GERD à Nyeri dada non-kardiak, batuk kronik, asma, dan
laringitis
Tanda
bahaya/alarm symptoms:
- Disfagia
- Odinofagia
- Penurunan
berat badan
- Hematemesis
dan/atau melena
- Anemia
defisiensi besi
- Usia
di atas 55 tahun
- Prevalensi
kanker gaster tinggi
- Penggunaan
kronis obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS)
Kuesioner
GERD-Q à 6 pertanyaan mengenai gejala klasik GERD, pengaruh
GERD pada kualitas hidup penderita serta efek penggunaan obat-obatan terhadap gejala
dalam 7 hari terakhir.
Gerd-Q |
Konsensus
Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal di Indonesia
(Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia, 2013) à Penderita dengan gejala klasik GERD yaitu heartburn,
regurgitasi, atau keduanya yang terjadi sesaat setelah makan (terutama makan
makanan berlemak dan porsi besar)
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan fisik pada pasien
GERD sering kali normal, kecuali jika terjadi komplikasi. Namun, pemeriksaan
fisik tetap harus dilakukan untuk eksklusi diagnosis banding dan kemungkinan
adanya kelainan lain.
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan:
·
Kepala
dan leher
- Suara
serak
- Otitis
media
- Karies
gigi/kerusakan enamel
·
Toraks
- Jantung
dbn
- Paru
dapat ditemukan adanya mengi
·
Abdomen
- Nyeri
tekan epigastrik dapat ditemukan ataupun tidak
- Bising
usus dapat normal ataupun tidak à Bila terdapat komplikasi
TES PPI
Suatu terapi empirik memberikan PPI dosis ganda selama 1-2 minggu tanpa pemeriksaan endoskopi sebelumnya à Jika gejala membaik selama penggunaan PPI dan memburuk kembali setelah pengobatan dihentikan à Diagnosis GERD dapat ditegakkan.
Indikasi à Penderita dengan gejala klasik GERD tanpa tanda-tanda
alarm.
PEMERIKSAAN PENUNJANG LAIN
- PH-Metri
Indikasi à Pasien dengan gejala ekstraesofageal sebelum terapi
PPI/pasien yang gagal terapi PPI
Pasien GERD à Perbaikan pH bila diberikan terapi PPI
- Endoskopi/Histopatologi
è Pemeriksaan baku emas untuk GERD dengan komplikasi (hanya
dilakukan pada pasien-pasien yang memiliki gejala bahaya/alarm symptoms)
Histopatologi à Dapat menunjukkan metaplasia, displasia, atau
malignansi
- Tes
Barium
è Bila dicurigai adanya stenosis esofagus, hernia
hiatus, striktur, dan disfagia.
è Dilakukan untuk evaluasi disfagia pasca operasi
antirefluks bersamaan dengan endoskopi.
- Kecurigaan
infeksi Helicobacter pylori à Urea breath test/biopsi menggunakan endoskopi.
Alur pengobatan GERD pada Pusat Pelayanan Kesehatan Primer |
DIAGNOSIS BANDING
1. Esofagitis
Gejalanya:
- Sakit
saat menelan
- Sulit
menelan
- Rasa
perih di dada (biasanya terasa di belakang tulang dada saat makan)
- Mual
dan muntah
- Nyeri
ulu hati
- Asam
lambung terasa naik ke kerongkongan atau ke mulut (regurgitasi)
- Sariawan
- Tidak
nafsu makan
- Batuk
2.
Gastritis
kronis
Gejalanya:
- Nyeri,
atau rasa tidak enak, atau rasa seperti terbakar pada epigastrium
- Mual
- Muntah
- Hilang
nafsu makan
- Sering
bersendawa
- Rasa
kembung
3. Gastritis
akut
4. Ulkus
peptikum
5. Helicobacter
pylori
Gejalanya:
- Mual
muntah
- Nyeri
ulu hati
- Rasa
terbakar di ulu hati atau diare.
- Nyeri
epigastrium
6. Kanker
Esofagus
Gejalanya:
- Gejala
heartburn regurgitation, dan disfagia.
Keluhan disfagia
harus segera mendapat perhatian.
7. Hiatus
hernia
8. Akalasia
à Gangguan motilitas pada esofagus (degenerasi saraf pleksus
myenterica)
9. Gangguan
jantung (aterosklerosis, angina pektoris, sindroma koroner akut)
TATALAKSANA
Tujuan pengobatan GERD: Mengatasi gejala, memperbaiki kerusakan mukosa, mencegah kekambuhan, dan mencegah komplikasi.
Prinsip terapi GERD di pusat pelayanan kesehatan primer à Modifikasi gaya hidup dan terapi medikamentosa GERD
Non Farmakologi
1. Menurunkan
BB (jika obesitas)/menjaga BB sesuai dengan
IMT ideal
2. Meninggikan
kepala ± 15-20 cm/menjaga kepala agar tetap elevasi saat posisi berbaring
3. Makan
malam paling lambat 2 – 3 jam sebelum tidur
4. Menghindari
makanan yang dapat merangsang GERD seperti cokelat, minuman mengandung kafein,
alkohol, dan makanan berlemak - asam – pedas
5. Menghindari
pakaian terlalu ketat
6. Olahraga
teratur
Farmakologi
1.
PPI
(Proton Pump Inhibitor)
- PPI
dosis tinggi selama 7-14 hari à Terdapat perbaikan gejala yang signifikan (50-75%) maka
diagnosis dapat ditegakkan sebagai GERD dilanjutkan dosis tunggal selama 8
minggu.
- Jika
gejala tidak membaik setelah terapi inisial selama 8 minggu/gejala terasa mengganggu
di malam hari à Dosis ganda selama 4 – 8 minggu.
- Bila
penderita mengalami kekambuhan à Terapi inisial dapat dimulai kembali dan dilanjutkan
dengan terapi maintenance (terapi dosis tunggal selama 5 – 14 hari untuk
penderita yang memiliki gejala sisa GERD).
- Terapi
dengan PPI juga aman dilakukan pada ibu hamil.
- Obat
golongan PPI à omeprazole 20 mg, pantoprazole 40 mg, lansoprazole
30 mg, esomeprazole 40 mg, dan rabeprazole 20 mg.
- PPI
dosis tunggal à Diberikan pagi hari sebelum sarapan
PPI dosis ganda à Diberikan pagi hari sebelum sarapan dan malam hari
sebelum makan
2.
Obat
lain
a. Antagonis
reseptor H2 à Gejala refluks yang ringan dan untuk terapi maintenance
(simetidin (1 x 800 mg atau 2 x 400 mg), ranitidin (2 x 150 mg), farmotidin (2
x 20 mg), dan nizatidin (2 x 150 mg).
b. Antasida
à Menurunkan gejala akut secara cepat. Tidak dianjurkan
untuk jangka panjang. Terapi ini tidak mencegah refluks tetapi menurunkan kadar
asam refluksat.
c. Prokinetik
à Mempercepat proses pengosongan perut (domperidon (3 x
10 mg) dan metoklopramid (3 x 10 mg). Prokinetik tidak dianjur untuk monoterapi
pasien GERD.
KRITERIA RUJUKAN
1. Pengobatan
empirik tidak menunjukkan hasil
2. Pengobatan
empirik menunjukkan hasil namun kambuh kembali
3. Adanya
alarm symptom
4. Asma
akibat refluks/reflux-induced asthma
5. Terdapat
kelainan anatomis, seperti striktur, displasia esofagus, hiatus hernia
KOMPLIKASI
1.
Barrett
esofagus
2.
Esofagitis
erosif
3.
Striktur
esofagus
4.
Kanker
esofagus
5.
Aspirasi
asam lambung
6.
Asma
7.
Laringitis
posterior
8.
Erosi
enamel gigi
9.
Kanker
laring
10. Pneumonitis
EDUKASI
Edukasi pasien untuk:
- Melakukan
modifikasi gaya hidup dengan baik (olahraga, kebiasaan setelah makan, diet)
- Pengobatan
dapat berlangsung secara jangka panjang untuk menghindari relaps gejala
- Kontrol
BB
- Terapkan
pola makan dengan teratur
- Menghindari
minum obat-obatan tanpa indikasi dan anjuran dokter
- Memantau
gejala secara mandiri dengan pengisian kuesioner GERD-Q secara mandiri
- Edukasi
mengenai komplikasi yang dapat terjadi dan harus segera memeriksakan diri
apabila mengalami tanda bahaya/alarm symptoms
- Melakukan
kunjungan kembali ke dokter setiap 6 hingga 12 bulan sekali atau sesuai anjuran
dokter à Evaluasi keberhasilan dan penyesuaian/adjustment
terapi.
SUMBER
1. Perkumpulan
Gastroenterologi Indonesia. Revisi konsensus nasional penatalaksanaan penyakit
refluks gastroesofageal (gastroesophageal reflux disease/GERD) di Indonesia.
Jakarta: Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia; 2013.
2. Saputera
MD, Budianto W. Diagnosis dan tatalaksana gastroesophageal reflux disease
(GERD) di pusat pelayanan kesehatan primer. J Contin Med Educ.
2017;44(5):329–32
3. Ikatan
Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer. 1st ed. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia; 2017.
4. Badillo,
Raul. "Diagnosis and treatment of gastroesophageal reflux disease".
World Journal of Gastrointestinal Pharmacology and Therapeutics. 2014. 5 (3):
105.
Tidak ada komentar: