Kor Pulmonale Kronik

4/21/2022
DEFINISI

Kor pulmonal adalah hipertrofi/dilatasi ventrikel kanan akibat hipertensi pulmonal yang disebabkan penyakit parenkim paru dan atau pembuluh darah paru yang tidak berhubungan dengan kelainan jantung kiri.

Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) merupakan penyebab utama insufisiensi respirasi kronik dan kor pulmonal, diperkirakan 80 - 90% kasus.

 

ETIOLOGI

1.     Penyakit pembuluh darah paru

2.     Tekanan darah pada arteri pulmonal oleh tumor mediastinum, aneurisma, granuloma atau fibrosis;

3.     Penyakit neuro muskular dan dinding dada;

4.     Penyakit yang mengenai aliran udara paru, alveoli, termasuk PPOK.

 

PATOFISIOLOGI

Penyakit paru kronis akan mengakibatkan:

1.     Berkurangnya "vascular bed" paru, dapat disebabkan oleh semakin terdesaknya pembuluh darah oleh paru yang mengembang atau kerusakan paru;

2.     Asidosis dan hiperkapnia;

3.     Hipoksia alveolar, yang akan merangsang vasokonstriksi pembuluh paru;

4.     Polisitemia dan hiperviskositas darah.

 

Keempat kelainan ini akan menyebabkan timbulnya hipertensi pulmonal (perjalanan lambat). Dalam jangka panjang akan mengakibatkan hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanan dan kemudian akan berlanjut menjadi gagal jantung kanan.

 

GEJALA KLINIS

Tingkat klinis kor pulmonal dimulai PPOK kemudian PPOK dengan hipertensi pulmonal dan akhirnya menjadi PPOK dengan hipertensi pulmonal serta gagal jantung kanan.


 



DIAGNOSIS

Gejala klinis yang muncul sebagai berikut.

a.      Sesuai dengan penyakit yang melatarbelakangi, misalnya COPD akan menimbulkan gejala nafas pendek, dan batuk.

b.     Gagal ventrikel kanan akan muncul, distensi vena leher, liver palpable , efusi pleura, asites, dan murmur jantung.

c.      Sakit kepala, confusion, dan somnolen terjadi akibat peningkatan PCO2.

 

Informasi yang di dapat bisa berbeda-beda antara satu penderita yang satu dengan yang lain tergantung pada penyakit dasar yang menyebabkan pulmonary heart disease.

a.      Kor-pumonal akibat Emboli Paru : sesak tiba-tiba pada saat istirahat, kadang-kadang didapatkan batuk-batuk, dan hemoptisis.

b.     Kor-pulmonal dengan PPOM : sesak napas disertai batuk yang produktif (banyak sputum).

c.      Kor pulmonal dengan Hipertensi Pulmonal primer: sesak napas dan sering pingsan jika beraktifitas (exertional syncope).

d.     Pulmonary heart disease dengan kelainan jantung kanan : bengkak pada perut dan kaki serta cepat lelah.

 

Gejala predominan pulmonary heart disease yang terkompensasi berkaitan dengan penyakit parunya, yaitu batuk produktif kronik, dispnea karena olahraga, wheezing respirasi, kelelahan dan kelemahan. Jika penyakit paru sudah menimbulkan gagal jantung kanan, gejala - gejala ini lebih berat. Edema dependen dan nyeri kuadran kanan atas dapat juga muncul. Tanda-tanda pulmonary heart disease misalnya sianosis, clubbing, vena leher distensi, ventrikel kanan menonjol atau gallop (atau keduanya), pulsasi sternum bawah atau epigastrium prominen, hati membesar dan nyeri tekan, dan edema dependen. Gejala-gejala tambahan ialah: Sianosis, Kurang tanggap/ bingung, Mata menonjol

 

Pemeriksaan Penunjang Diagnostik

a.      Pemeriksaan radiologi

Perluasan hilus dapat dinilai dari perbandingan jarak antara permulaan percabangan pertama arteri pulmonalis utama kanan dan kiri dibagi dengan diameter transversal torak. Perbandingan > 0,36 menunjukkan hipertensi pulmonal. Menunjukkan batang pulmonal dan hilus membesar

b.     Ekokardiografi

Memungkinkan pengukuran ketebalan dinding ventrikel kanan, meskipun perubahan volume tidak dapat diukur, teknik ini dapat memperlihatkan pembesaran kavitas ventrikel kanan dalam yang menggambarkan adanya pembesaran ventrikel kiri. Septum interventrikel dapat bergeser ke kiri.

c.      Magnetic resonance imaging (MRI)

Berguna untuk mengukur massa ventrikel kanan, ketebalan dinding, volume kavitas, dan fraksi ejeksi.

d.     Biopsi paru

Dapat berguna untuk menunjukkan vaskulitis pada beberapa tipe penyakit vaskuler paru seperti penyakit vaskuler kolagen, arthritis rheumatoid, dan Wegener granulomatosis.

 

TATALAKSANA

Tujuan pengobatan kor pulmonal:

1.     Mengoptimalkan efisiensi pertukaran gas;

2.     Menurunkan hipertensi pulmonal;

3.     Meningkatkan kelangsungan hidup;

4.     Pengobatan penyakit dasar dan komplikasinya.    

Pengobatan kor pulmonal dari aspek jantung bertujuan untuk menurunkan hipertensi pulmonal, pengobatan gagal jantung kanan dan meningkatkan kelangsungan hidup.

Untuk tujuan tersebut pengobatan yang dapat dilaksanakan diawali dengan menghentikan

merokok serta tatalaksana lanjut adalah sebagai berikut:

 


Terapi Oksigen

Pemakaian oksigen secara kontinyu selama 12 jam (National Institute of Health/NIH, Amerika); 15 jam (British Medical Research Council/RMC dan 24 jam (NIH) meningkatkan kelangsungan hidup dibandingkan dengan pasien tanpa terapi oksigen.

Indikasi terapi oksigen (di rumah) adalah:

a.      PaO2: ≤ 55 mmHg atau SaO2 ≤ 88%;

b.     PaO2 55-59 mmHg disertai salah satu dari:

·         Edema disebabkan gagal jantung kanan;

·         P pulmonal pada EKG;

·         Ertrositosis hematokrit > 56%.

 

Vasodilator

Vasodilator (nitrat, hidralazin, antagonis kalsium, agonis alfa adrenergik, inhibitor ACE, dan postaglandin) saat ini belum direkomendasikan pemakaiannya secara rutin.

Pedoman untuk menggunakan vasodilator bila didapatkan 4 respons hemodinamik sebagai berikut:

a.      Resistensi vaskular paru diturunkan minimal 20%

b.      Curah jantung meningkatkan atau tidak berubah;

c.      Tekanan arteri pulmonal menurunkan atau tidak berubah

d.     Tekanan darah sistemik tidak berubah secara signifikan.

Kemudian harus dievaluasi setelah 4 atau 5 bulan untuk menilai apakah keuntungan hemodinamik masih menetap atau tidak.

 

Digitalis

Digitalis hanya digunakan pada pasien kor pulmonal bila disertai gagal jantung kiri. Digitalis tidak terbukti meningkatkan fungsi ventrikel kanan pada pasien kor pulmonal dengan fungsi ventrikel kiri normal, hanya pada pasien kor pulmonal dengan fungsi ventrikel kiri yang menurunkan digoksin bisa meningkatkan fungsi ventrikel kanan. Di samping itu pengobatan dengan digitalis menunjukkan peningkatkan terjadinya komplikasi aritmia.

 

Diuretik

Diuretik diberikan bila ada gagal jantung kanan. Pemberian diuretik yang berlebihan dapat menimbulkan alkolosis metabolik yang bisa memicu peningkatan hiperkapnia. Di samping itu dengan terapi diuretik dapat terjadi kekurangan cairan yang mengakibatkan preload ventrikel kanan dan curah jantung menurun.

 

Flebotomi

Tindakan flebotomi pada pasien kor pulmonal dengan hematokrit yang tinggi untuk menurunkan hematokrit sampai dengan nilai 59 % hanya merupakan terapi tambahan pada pasien kor pulmonal dengan gagal jantung kanan akut.

 

Antikoagulan

Pemberian antikoagulan pada kor pulmonal didasarkan atas kemungkinan terjadinya tromboemboli akibat pembesaran dan disfungsi ventrikel kanan dan adanya

faktor imobilisasi pada pasien.

Disamping terapi di atas pasien kor pulmonal pada PPOK harus mendapat terapi standar untuk PPOK komplikasi dan penyakit penyerta.


DAFTAR PUSTAKA

1.     Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III. Edisi VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014

2.     Arif putera A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Editor, Tanto C, dkk. Edisi 4. Jakarta: Media Aesculapius. 2014; Jilid II.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.