Bronkiektasis
DEFINISI
• Bronkiektasis
adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis) dan distorsi
bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik, persisten atau
ireversibel.
• Dilatasi
dapat bersifat fokal atau difus, biasanya diakibatkan oleh infeksi kronik, obstruksi
pernapasan proksimal, atau abnormalitas bronkus kongenital.
• Bronkus
yang terkena umumnya adalah bronkus kecil (medium size), sedangkan bronkus besar
umumnya jarang.
Gambar 1. Jalur Pernapasan dan Paru Normal (kiri) dan Paru Pasien dengan Bronkiektasis (kanan)
ETIOLOGI
Kelainan Kongenital à Terjadi sejak individu masih dalam kandungan
- Dipengaruhi
faktor genetik atau faktor pertumbuhan dan perkembangan fetus
- Ciri:
o Bronkiektasis
mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada 1 atau 2 paru.
o Bronkiektasis
kongenital sering menyertai penyakit-penyakit kongenital lainnya, misalnya:
Mucoviscidosis (Cystic pulmonary fibrosis), sindrom Kartagener (Bronkiektasis
kongenital, sinusitis, paranasal dan situs inversus), tidak adanya tulang, rawan
bronkus, penyakit jantung bawaan, kifoskoliosis, kongenital.
Kelainan Didapat
- Infeksi
à Bronkiektasis sering terjadi sesudah seseorang anak
menderita pneumonia yang sering kambuh dan berlangsung lama.
- Obstruksi
bronkus à Obstruksi bronkus yang dapat disebabkan oleh berbagai
macam sebab : korpus alienum, karsinoma bronkus atau tekanan dari luar lainnya
terhadap bronkus.
PATOGENESIS
- Bronkiektasis
merupakan penyakit pada bronkus dan bronkiolus, yang melibatkan infeksi
trasmural dan reaksi radang.
- Infeksi,
biasanya Pseudomonas aeruginosa atau Haemophilus influenza yang
dapat menghasilkan pigmen, protease, dan toksin yang dapat merusak epitel
pernapasan dan klirens mukosilier.
- Proses
inflamasi dan gangguan klirens mukosiler menyebabkan kolonisasi bakteri mudah
terjadi sehingga terjadi in feksi berulang (Hipotesis "Vicious Cycle”)
à Menyebabkan neutrofil dan mediator lainnya keluar dan
menyebabkan kerusakan epitel yang semakin berat, obstruksi, kerusakan jalur
napas, dan infeksi berulang.
MANIFESTASI KLINIS
Anamnesis:
- Pada
umumnya batuk berdahak, beberapa batuk kering lama. Sputum mukoid, mukopurulen
(7l - 97 %), kental atau campuran ketiganya (sputum tiga lapis)
- Hemoptisis
(50 – 70 % kasus)
- Lemas,
penurunan BB , mialgia
- Dipsneu,
mengi
- Demam,
nyeri dada pleuritik
- Kor
pulmonal
- Riwayat
keluhan yang kronik;
Pemeriksaan fisik:
- Ronki
basah (hingga 70 % kasus)
- Mengi
- Jari
tabuh.
- Jika
disertai penyakit sistemik berat lainnya, dapat terjadi hipoksemia kronik, kor
pulmonal, atau gagal ventrikel kanan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto toraks dada
- Tidak
sensitif dalam mendeteksi derajat dari penyakit (ringan/sedang).
- Dapat
terlihat gambaran seperti jalur tram, cincin, garis paralel dan struktur
tubular.
- Pada
bronkiektasis sakular terdapat gambaran ruang kistik, air fluid level
atau gambaran honeycomb.
CT scan à Standar
baku dalam mendiagnosis bronkiektasis.
- Lebih
sensitif dibandingkan foto polos dada menggambarkan dilatasi saluran napas pada
kedua lobus dan lingula.
- Karakteristik:
Bronchial tapering menurun, bronkus terlihat 1 cm pada tepi paru, rasio
ukuran bronkoarteri meningkat (tanda signet-ring).
- Bronkoskopi
fiberoptik à Mengetahui penyebab penyumbatan endobronkial.
- Pemeriksaan
sputum, kultur sputum, pewarnaan dapat ditemukan neutrofilia dan kolonisasi.
Selain itu dapat dilakukan tes resistensi antibiotik (terutama pada infeksi Pseudomonas
aeruginosa).
DIAGNOSIS BANDING
- Bronkitis
kronik
- Tuberkulosis
paru
- Abses
paru (terutama bila telah ada hubungan dengan bronkus besar).
- Penyakit
paru penyebab hemoptisis, misalnya : karsinoma paru, adenoma paru, dan
sebagainya.
- Fistula
bronkopleural dengan empiema.
TATA LAKSANA
Tujuan
1. Tata
laksana infeksi, terutama pada serangan akut
2. Peningkatan
klirens sekresi trakeobronkial
3. Penurunan
inflamasi
4. Tata
laksana pada masalah lainnya yang teridentifikasi.
Medikamentosa
Terapi antibiotik merupakan tata laksana utama pada
bronkoektasis.
1. Eksaserbasi
akut
- Indikasi
terapi antibiotik pada eksaserbasi akut:
Terjadi perburukan keadaan umum mendadak (beberapa
hari) berupa bertambahnya keluhan batuk, volume sputum atau terdapat keluhan
sesak atau hemoptisis.
- Terapi
antibiotik bersifat empiris dan diberikan selama 10-14 hari. Regimen antibiotik
dapat diubah setelah terdapat hasil pemeriksaan bakteriologis.
2. Jangka
panjang à Sebaiknya dilakukan
oleh pelayanan kesehatan tingkat sekunder atau diatasnya.
- Indikasi
terapi antibiotik jangka panjang antara lain jika keluhan sangat berat dan
sering (eksaserbasi akut >3x / tahun).
- Regimen
antibiotik ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologis ketika tidak
dalam eksaserbasi akut.
- Tata
laksana lainnya yaitu pemberian bronkodilator dikatakan dapat memperbaiki
penyumbatan dan meningkatkan klirens.
- Tindakan
rehabilitasi medik dapat membantu, seperti posisi tidur dan cara mengeluarkan
dahak.
Bedah
- Operasi
hingga saat ini bukan pilihan utama, terutama jika terapi antibiotik dan
suportif masih efektif.
- Jika
keluhan meningkatkan morbiditas, reseksi pada regio paru yang terkena dapat
menjadi pilihan jika lesi bersifat lokal atau embolisasi jika lesi luas.
KOMPLIKASI
- Bronkitis
kronik.
- Pneumonia
dengan atau tanpa atelektasis.
- Pleuritis:
Umumnya merupakan pleuritis sicca pada daerah yang terkena.
- Efusi
pleura atau empiema (jarang).
- Abses
metastasis di otak: Mungkin akibat septikemia oleh kuman penyebab infeksi
supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian.
- Hemoptisis:
Terjadi karena pecahnya pembuluh darah cabang vena, cabang arteri atau
anastomosis pembuluh darah. Sering kali hemoptisis masif yang sulit diatasi ini
merupakan penyebab kematian utama pasien bronkiektasis.
- Sinusitis.
- Kor
pulmonal kronik (KPK): Komplikasi ini sering terjadi pada pasien bronkiektasis
yang berat dan lanjut atau mengenai beberapa bagian paru.
- Kegagalan
pernapasan: Merupakan komplikasi paling akhir yang timbul pada pasien
bronkiektasis yang berat dan luas.
- Amiloidosis:
Keadaan ini merupakan perubahan degeneratif sebagai komplikasi klasik dan
jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami komplikasi amiloidosis sering ditemukan
pembesaran hati dan limpa serta proteinuria.
PROGNOSIS
Prognosis pasien bronkiektasis tergantung pada berat ringannya
serta luasnya penyakit waktu pasien berobat pertama kali. Pemilihan pengobatan
secara tepat dapat memperbaiki prognosis penyakit.
Pada kasus-kasus yang berat dan tidak diobati, prognosisnya
jelek, survivalnya tidak akan lebih dari 5-15 tahun. Kematian pasien tersebut
biasanya karena pneumonia, empiema, payah jantung kanan, hemoptisis dan
lain-lain. Pada kasus-kasus tanpa komplikasi bronkitis kronik berat dan difus
biasanya disabilitasnya yang ringan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahmatullah P. Bronkiektasis. In: Setiati S, Alwi I,
Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th
ed. Jakarta: InternaPublishing; 2014. p. 1682-9
2. Wardhani DP, Uyainah A. Bronkiektasis. In: Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA, editors. Kapita Selekta Kedokteran. 4th ed. Jakarta: Media Aesculapius; 2014. p. 810-1
Tidak ada komentar: