Carpal Tunnel Syndrome pada Kehamilan
PENDAHULUAN
Kehamilan dapat menyebabkan perubahan morfofisiologis yang secara langsung mempengaruhi sistem muskuloskeletal wanita. Perubahan ini dapat menyebabkan pengembangan gangguan sistem muskuloskeletal. Carpal tunnel syndrome (CTS) adalah salah satu keluhan paling umum dari jenis ini di antara ibu hamil.
CTS merupakan neuropati tekanan saraf medianus dalam
terowongan karpal di pergelangan tangan dengan kejadian yang paling sering,
bersifat kronik, dan ditandai dengan nyeri tangan pada malam hari, parestesia
jari-jari yang mendapat innervasi dari saraf medianus, kelemahan dan atrofi
otot thenar. Dulu, sindroma ini juga disebut dengan nama acroparesthesia,
median thenar neuritis atau partial thenar atrophy.
Gambar 1. Carpal tunnel syndrome (CTS) |
Terowongan karpal terdapat di bagian depan dari
pergelangan tangan di mana tulang dan ligamentum membentuk suatu terowongan
sempit yang dilalui oleh beberapa tendon dan nervus medianus. Tulang-tulang
karpalia membentuk dasar dan sisi-sisi terowongan yang keras dan kaku sedangkan
atapnya dibentuk oleh fleksor retinakulum (transverse carpal ligament
dan palmar carpal ligament) yang kuat dan melengkung di atas
tulang-tulang karpalia tersebut. Setiap perubahan yang mempersempit terowongan
ini akan menyebabkan tekanan pada struktur yang paling rentan di dalamnya yaitu
nervus medianus.
Prevalensi CTS pada populasi dewasa berkisar antara
0,7% sampai 9,2% pada wanita dan 0,4% sampai 2,1% pada pria. Kesemutan, mati
rasa, dan nyeri di jari tengah, telunjuk, ibu jari, serta di sisi radial jari
manis adalah gejala umum CTS. Pada pasien hamil, CTS memiliki gejala yang sama.
Sebagian besar pasien hamil datang dengan gejala bilateral dan paling sering
pada trimester ketiga, namun pasien dapat datang bulan-bulan pertama kehamilan
dan dengan gejala unilateral.
Kejadian CTS pada kehamilan sangat bervariasi. Sebagai
contoh, kejadian CTS pada kehamilan yang didiagnosis secara klinis berkisar
antara 31% hingga 62%, sedangkan kejadian CTS pada kehamilan dengan electro-diagnostically
confirmed berkisar antara 7% hingga 43%. Variasi dalam desain penelitian,
khususnya kriteria dan metode diagnostik, menjelaskan variasi yang luas pada angka
kejadian CTS pada kehamilan ini, dan dengan demikian, insiden CTS terkait
kehamilan yang sebenarnya masih belum diketahui.
ETIOLOGI
Etiologi CTS selama kehamilan belum
jelas, namun beberapa faktor yang dilaporkan berhubungan adalah usia ibu,
edema, hormon, peningkatan berat badan selama hamil. Perubahan fisiologis pada
saat kehamilan sering kali menyebabkan gangguan muskuloskeletal dan neuropati pada
wanita hamil. Faktor yang paling sering menyebabkan terjadinya CTS pada
kehamilan adalah retensi cairan. Pada saat hamil terjadi peningkatan volume
darah sebagai akibat peningkatan volume plasma dan eritrosit.
CTS yang berhubungan dengan kehamilan
bisa terjadi postpartum atau CTS laktasional. Hal itu bisa terjadi dikaitkan dengan
posisi tangan yang salah atau gerakan repetitif saat menyusui.
DIAGNOSIS
Diagnosis didasarkan atas anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis ditanyakan beberapa hal mengenai keluhan
nyeri yang dirasakan antara lain, lokasi, onset, frekuensi, durasi,
karakteristik nyeri, tingkat keparahan, gejala lain selain nyeri, faktor yang
memperburuk dan memperingan, riwayat CTS sebelumnya. Pada pasien hamil juga
penting untuk menanyakan usia kehamilan, penambahan berat badan saat hamil,
edema yang berlebih, riwayat CTS pada kehamilan, dan komplikasi seperti
preeklampsia dan atau hipertensi gestasional.
Gejala yang dapat timbul adalah mati rasa
dan rasa nyeri pada ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, dan sebagian jari
manis. kelemahan otot tenar dan gejala lebih sering terjadi
malam hari. Lebih dari 50% wanita hamil mengalami eksaserbasi pada malam hari
dan merasakan gejala lebih nyeri dibandingkan dengan CTS idiopatik. Kualitas
hidup pasien menurun karena tidak dapat menggerakkan tangan. Gejala klasik yang
sering dikeluhkan antara lain kesulitan mengancingkan baju, menulis, menyisir
rambut dan menyetir. Keadaan ini akan terus bertambah berat dan nyeri akan
dirasakan hampir tiap hari, disertai mati rasa pada kedua tangan dan bahu.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah tes provokasi yaitu tes tinel dan tes phalen. Dengan adanya kompresi pada nervus medianus, dikatakan positif jika timbul rasa nyeri dan kesemutan melalui pemeriksaan tersebut. Kedua tes ini bertujuan untuk membantu menegakkan diagnosis namun tidak 100% sensitif. Sensitivitas tes tinel berkisar antara 45% - 75% dan tes phalen berkisar antara 49% - 89%.
Gambar 2. Tes tinel |
Gambar 3. Tes Phalen |
Meskipun CTS merupakan diagnosis klinis, namun uji diagnostic electrodiagnostic studies (EDS) dapat digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis dan menentukan tingkat keparahan CTS. Pada pemeriksaan EDS dievaluasi masa laten nervus sensorik dan motorik melalui kompresi nervus medianus. Dapat dikatakan sebagai CTS apabila latensi sensoris lebih besar dari 3,5 ms.
DIAGNOSA BANDING
1) Cervical radiculopathy: Biasanya keluhannya berkurang bila leher diistirahatkan dan bertambah bila leher bergerak. Distribusi gangguan sensorik sesuai
dermatomnya.
2) Thoracic outlet syndrome: Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya selain otot-otot thenar.
Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan dan lengan bawah.
3) Pronator teres syndrome: Keluhannya lebih menonjol pada rasa nyeri di telapak tangan daripada
CTS karena cabang nervus medianus ke kulit telapak tangan tidak melalui
terowongan karpal.
4) de Quervain's syndrome: Tenosinovitis dari tendon muskulus abductor pollicis longus dan ekstensor
pollicis brevis, biasanya akibat gerakan tangan yang repetitif. Gejalanya
adalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada pergelangan tangan di dekat ibu jari.
TATALAKSANA
Terapi
CTS pada pasien hamil hampir sama dengan CTS pada umumnya. Terapi konservatif
adalah dengan menggunakan bidai pada malam hari dan dapat diberikan injeksi
kortikosteroid lokal. Terapi konservatif pada pasien CTS pada kehamilan
memiliki tingkat keberhasilan 3 hingga 4 kali lipat dari pada CTS pada umumnya.
Faktanya, 82% pasien hamil memiliki kualitas yang baik menghilangkan gejala
hanya dengan menggunakan bidai di malam hari.
Gambar 4. Terapi konservatif dengan bidai |
Injeksi
kortikosteroid lokal yang dimasukan ke dalam carpal tunnel memiliki hasil
klinis yang baik pada CTS pada kehamilan, hampir 50% pasien mengalami perbaikan gejala yang
berkelanjutan selama lebih dari 15 bulan. Namun, beberapa
pasien khawatir tentang efek samping dari injeksi steroid pada janin. Sampai
saat ini, belum ada penelitian yang meneliti ini secara khusus.
Pada saat
terapi konservatif gagal atau pasien menunjukkan perubahan elektrodiagnostik
yang signifikan, surgical decompression
dianjurkan untuk dilakukan. Namun
terdapat risiko minimal untuk ibu atau janin ketika prosedur dilakukan di bawah
anestesi lokal dan menggunakan tourniquet.
PROGNOSIS
Prognosis CTS pada kehamilan umumnya baik dan gejala
akan menghilang setelah melahirkan, hal ini dikarenakan CTS pada kehamilan
umumnya dalam kategori ringan. Selain itu, CTS dimulai saat ibu hamil, sehingga
menandakan bahwa penyebabnya adalah perubahan terkait kehamilan itu sendiri.
Oleh karena itu, ketika kehamilan telah berakhir, gejalanya akan hilang.
Namun hal tersebut berbeda-beda pada setiap orang. Pada suatu penelitian menemukan pada 95% wanita hamil, gejala akan mulai menghilang 2 minggu setelah melahirkan. Namun, pada penelitian lain mengatakan sebanyak 50% pasien masih memiliki gejala hingga 1 tahun setelah melahirkan.
Perpanjangan masa penyembuhan lebih sering ditemukan
pada ibu menyusui dibandingkan yang tidak menyusui. Hal
itu mungkin terjadi karena salah satunya posisi tangan yang salah atau gerakan
repetitif saat ibu menyusui anaknya.
Wanita hamil harus diedukasi untuk menghindari aktivitas yang dapat memperberat gejala atau memperpanjang masa penyembuhan CTS setelah melahirkan seperti menghindari menggerakkan pergelangan tangan berulang-ulang atau gerakan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan dan jangan mengangkat beban terlalu berat.
Tidak ada komentar: