Sinus Takikardi

7/19/2020

Pada artikel sebelumnya, kita sudah membahas mengenai klasifikasi dari aritmia. Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas salah satu dari takiaritmia yang berasal dari supraventrikular yaitu Sinus Takikardi.

 

Secara bahasa sinus takikardi dapat diartikan sebagai berikut:

Sinus = Irama sinus

Takikardi = Kecepatan denyut di atas batas normal (lebih dari 100x/menit)

 

Sehingga dapat dikatakan bahwa sinus takikardi adalah suatu aritmia dimana iramanya sinus (berasal dari nodus SA) dengan kecepatan diatas 100 denyut/menit

 

Nodus SA dapat melepaskan impuls sampai 180 denyut/menit, bahkan bisa lebih tinggi dari itu pada saat seseorang melakukan aktivitas yang ekstrem. Denyut jantung maksimum yang bisa dicapai seseorang saat melakukan aktivitas fisik yang berat berkurang seiring dengan pertambahan usia, yaitu 200 denyut/menit pada orang usia 20 menjadi <140 denyut/menit pada orang usia 80 tahun. Biasanya sinus takikardi ini dapat disertai dengan rasa pusing, berdebar-debar, sinkop, nyeri dada, nyeri kepala, dan gangguan Gl. 

 

Sinus takikardi dapat disebabkan oleh karena proses fisiologis (appropriate) dan non fisiologis (inappropriate).

 


Sinus takikardi yang fisiologis menggambarkan keadaan yang normal atau sesuai misalnya sinus takikardi yang timbul setelah melakukan olahraga, demam, hipertiroidisme, anemia atau dapat juga disebabkan karena obat/farmakologis (salbutamol, aminofilin, atropin, katekolamin).

 

Sinus takikardi non fisiologis terjadi akibat kerusakan pada sistem vagal atau simpatik atau masalah intrinsik di dalam SA node sendiri. Sinus takikardi juga dapat terjadi pada penderita gagal jantung kongestif atau penyakit paru berat.


Chronic inappropriate sinus tachycardia (syndrome of inappropriate sinus tachycardia) adalah sinus takikardi yang dapat timbul pada orang dengan kondisi sehat yang diakibatkan peningkatan automatisitas sinus node atau adanya fokus atrial automatis di dekat sinus node. Ada juga suatu sindrom yang disebut postural orthostatic tachycardia syndrome (POTS) dimana sindrom tersebut terdiri atas hipotensi ortostatik dan sinus takikardi.

 

Ada juga yang dinamakan sinus node reentrySinus node reentry adalah atrial takikardi yang memiliki morfologi gelombang P mirip dengan irama sinus. Hal ini dikarenakan impuls berasal dari jaringan di dekat sinus node.

 

Tatalaksana atau pengobatan sinus takikardi didasarkan atas kondisi atau penyakit yang mendasarinya. Penghentian konsumsi rokok, alkohol, kafein atau stimulan lainnya (seperti agen simpatomimetik dalam obat tetes hidung dan pilek) dapat membantu. Beta blockers  dan Calsium channel blockers (CCB) nondihidropiridin (verapamil dan diltiazem), penggantian cairan pada pasien hipovolemik, atau penurunan demam pada pasien yang demam dapat membantu memperlambat laju pelepasan nodus sinus.

 

Pengobatan sinus takikardia inappropriate membutuhkan Beta blockers atau CCB, ataupun kombinasi keduanya. Dalam kasus yang parah, radiofrequency (RF) sinus node atau surgical ablation dapat diindikasikan.

 

 

GAMBARAN EKG SINUS TAKIKARDI


Irama

Sinus (P positif di lead II dan P negatif di avR)

Rate

100-180x/menit

Keteraturan

Regular

Gelombang P

Normal, amplitudo dapat meningkat

Interval PR

Normal

Gelombang QRS

Normal


Gambar 1. Sinus Takikardi



Gambar 2. Sinus takikardi (150 denyut/menit) pada pasien iskemia miokard akut; lihat depresi ST segmen. Gelombang P ditandai dengan panah merah.


Referensi
1.   Rahman AM. Mekanisme dan Klasifikasi Aritrnia. Dalam: Setiati S. Alwi I. Sudoyo AW. Simadibrata M. Setiyohadi B. Syam AF. penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-6. Jakarta: lnternaPublishing; 2014.
2.   Lilihata G. Wijaya IP. Aritmia. Dalam: Tanto C. Liwang F. Hanifati S. Pradipta EA. penyunting. Kapita selekta kedokteran. Edisi Ke-4. Jakarta: Media Aesculapius; 2014.
3.   Olgin JE, Zipes DP. Supraventricular Arrhythmias. Dalam: Braunwald E, Bonow RO, Mann DL, Zipes DP, Libby P, penyunting. Braunwald's Heart Disease A Textbook of Cardiovascular Medicine. Edisi Ke-11. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2019.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.