Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia

8/03/2020


Kematian Neonatal di Indonesia


Neonatal adalah bayi usia 0-28 hari. Kondisi neonatal merupakan kondisi yang paling rentan terhadap kematian karena daya tahan tubuh bayi yang masih rendah.
(1) Kematian neonatal yaitu kematian neonates lahir hidup pada usia gestasi 20 minggu atau lebih. Sedangkan, neonatus lahir hidup adalah salah satu neonatus yang menunjukkan bukti hidup setelah lahir, bahkan bila hanya sementara (pernapasan, denyut jantung, gerakan otot volunter, atau pulsasi dalam korda umbilikalis).(2)


Kematian neonatal terdiri atas kematian neonatal dini dan kematian neonatal lanjut. Kematian neonatal dini merupakan kematian seorang bayi yang dilahirkan hidup dalam 7 hari setelah kelahiran, sedangkan kematian neonatal lanjut merupakan kematian seorang bayi yang dilahirkan hidup lebih dari 7 hari sampai kurang 29 hari. Angka kematian neonatal (AKN) adalah jumlah kematian neonatal per 1.000 kelahiran hidup. Kematian neonatal (bayi umur 0–28 hari) merupakan 2/3 dari kematian bayi. Kematian neonatal dini/perinatal (bayi umur 0–7 hari) merupakan 2/3 dari kematian neonatal.(2)


Rumus AKN:


Ada dua jenis penyebab kematian bayi yaitu penyebab endogen dan eksogen. Kematian bayi atau neonatal endogen adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orangtuanya pada saat konsepsi atau di dapat selama kehamilan. Sementara penyebab kematian bayi eksogen atau kematian post neonatal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang dipengaruhi oleh lingkungan luar.(3)


Oleh karena kematian neonatal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka angka ini dapat dimanfaatkan untuk menyusun program-program untuk mengurangi angka kematian neonatal yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus.(4)


Penyebab Kematian Neonatal

Faktor Sosial-ekonomi (Socioeconomic Factors)

1.      Pendidikan ibu

Semakin meningkatnya level pendidikan ibu dapat meningkatkan kemampuan ibu untuk memperoleh, memproses dan memahami informasi dasar kesehatan tentang manfaat pelayanan sebelum melahirkan dan informasi pelayanan kesehatan reproduksi yang dibutuhkan. Informasi sangat penting bagi ibu untuk membuat keputusan yang tepat. Ibu dengan tingkat pendidikan yang tinggi lebih percaya diri bertanya mengenai pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh dirinya.(5)


Jika pendidikan ibu rendah, pengetahuan kesehatan didapatkan dari penuturan-penuturan orang tuanya. Para orang tua memiliki pengalaman diobati oleh dukun. Selain pendidikan, agama dan budaya setempat juga dapat turut mempengaruhi keputusan ibu.(6)


2.      Pekerjaan ibu

Di negara berkembang, banyak ibu bekerja keras untuk membantu menopang kehidupan keluarganya disamping tugas utama mengelola rumah tangga, menyiapkan makanan, mengasuh dan merawat anak. Salah satu studi menunjukkan bahwa 25% dari rumah tangga sangat bergantung pada pendapatan kaum perempuan. Jika ibu hamil bekerja terlalu keras dan intake kalori kurang selama hamil ia lebih mudah melahirkan bayi dengan berat lahir rendah, yang beresiko lebih mudah terkena penyakit dan meninggal.(6)


3.      Indeks Kekayaan Rumah Tangga

Rumah tangga miskin yang tinggal jauh dari fasilitas kesehatan memiliki risiko yang meningkat terhadap kematian neonatal dan memiliki tantangan untuk mengakses pelayanan tepat waktu dibandingkan keluarga yang lebih kaya.(5)



Faktor Ibu (Maternal Factors)

Penyebab tidak langsung kematian neonatal salah satunya adalah empat 'terlalu’, yaitu:

1.      Terlalu muda (<20 tahun)

Ketidaksiapan ibu untuk menerima tugas dan tanggungjawabnya sebagai orang tua. Ibu dianjurkan hamil pada usia antara 20-35 tahun. Pada usia ini ibu lebih siap hamil secara jasmani dan kejiwaan.(5)


2.      Terlalu tua (> 35 tahun)

Pada umur 35 tahun atau lebih, kesehatan ibu sudah menurun, akibatnya ibu hamil pada usia itu mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mempunyai anak cacat, persalinan lama dan perdarahan.(5)


3.      Terlalu sering (jarak kelahiran <2 tahun)

Seorang ibu memerlukan waktu 2 sampai 10 tahun antara kehamilan agar pulih secara psikologi dari persalinan dan mempersiapkan diri untuk hamil berikutnya. Semakin pendek jarak kehamilan antara 2 kelahiran semakin besar risiko melahirkan BBLR atau terjadi kematian, Kejadian tersebut disebabkan oleh komplikasi pendarahan antepartumn, partus prematur dan anemia berat. Jarak kehamnilan yang sangat pendek dan jarak yang sangat panjang menjadi faktor risiko terjadinya ibu melahirkan bayi BBLR. Selain itu, perhatian ibu terhadap pemeliharaan dan pengasuhan anak juga akan berkurang.(7)


 

4.      Terlalu banyak (jumlah >3 anak)

Ibu yang telah melahirkan >3 anak mempunyai kecenderungan untuk mengalami kejadian kematian neonatal sebesar 1.66 kali dibandingkan ibu yang baru melahirkan 1-3 anak.(5)


Selain itu, faktor ibu lainnya yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan neonatus adalah kondisi kesehatan ibu, diantaranya:

1.      Infeksi pada Ibu

Ibu yang menderita infeksi ketika hamil dapat menyebabkan dampak yang besar terhadap ibu sendiri maupun janin dan bayi neonatal seperti cacat kongenital (infeksi rubella), infeksi neonatal (gonorrhoea atau infeksi streptococcus group B), berat bayi lahir rendah (malaria).(6)


2.      Anemi pada Ibu

Ibu yang menderita anemi dari kasus kematian neonatal sebesar 7,5%. Anemi disebabkan banyak faktor, tetapi penyebab utama adalah diet yang tidak adekuat, absorpsi besi yang rendah, atau kekurangan nutrien lain seperti folic acid, vitamin A dan C. Vitamin A dan C berperan meningkatkan absorpsi dari besi. Malaria dan penyakit cacing berkontribusi terhadap terjadinya anemi. Bila ibu hamil menderita anemi dan mengalami perdarahan maka akan mempercepat terjadinya shock karena ia tidak dapat mentoleransi ke hilangan darah, dan dampak terhadap bayi adalah mudah terjadi asfiksia, lahir mati dan berat lahir rendah.(6)


3.      Pre-eclampsia/eclampsia (PE/E)

Selain merupakan salah satu penyebab utama kematian ibu, PE/E juga mempunyai kontribusi besar terhadap kematian janin dan bayi baru lahir karena terkait asfiksia dan prematuritas.(8)


4.      Perdarahan dan obstructed labour

Perdarahan dan obstructed labour meningkatkan risiko kematian neonatal dini karena asfiksia.(8)


Faktor Neonatal (Neonatal Factors)

1.      Asfiksia

Menurut WHO, birth asphyxia merupakan salah satu penyebab kematian neonatal terbesar. Diperkirakan sepertiga bayi-bayi yang membutuhkan resusitasi tidak memperlihatkan tanda bahaya, oleh sebab itu hal ini sangat kritis bagi petugas kesehatan dilengkapi dan dilatih untuk dapat melakukan resusitasi neonatal yang sederhana dan efektif pada setiap persalinan.(6)


2.      Infeksi Neonatus

Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara diantaranya:(7)

a.       Infeksi antenatal

Kuman mencapai janin melalui pembuluh darah ibu ke plasenta. Kuman yang dapat memasuki janin melalui jalan ini ialah:

-          Virus                  : Rubella, poliomyelitis, koksakie, variola, vaksinia, sitomegalovirus

-          Spirokaeta          : Sifilis

-          Bakteria              : Jarang sekali dapat melewati plasenta, kecuali Escherichia coli dan 

                                    Listeria monocytogenes,


b.      Infeksi intranatal

Kuman dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Ketuban pecah mempunyai peranan penting terhadap timbulnya plasentitis dan omnionitis. Infeksi dapat terjadi walaupun ketuban masih utuh, misalnya pada partus lama dan seringnya pemeriksaan vaginal.


c.       Inteksi postnatal

Infeksi yang terjadi sesudah bayi lahir dan biasanya merupakan infeksi yang diperoleh (acquired infection). Infcksi terjadi scbagai akibat penggunaan alat, atau perawatan yang tidak steril, atau karena cross infection.


3.      BBLR

WHO mengelompokkan BBLR menjadi 3 macam, yaitu:(9)

-          BBLR (1500–2499 gram)

-          BBLSR (1000- 1499 gram)

-          BBLER (< 1000 gram)


BBLR adalah salah satu faktor utama kematian neonatal. Faktor yang dapat menyebabkan BBLR diantaranya sebagai berikut:(9)

-          Faktor ibu

Gizi saat hamil kurang, umur <20 tahun atau >35 tahun, jarak hamil terlalu dekat, penyakit menahun ibu (hipertensi, jantung), perokok, faktor bekerja berat.

-          Faktor kehamilan

Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, pendarahan antepartum, komplikasi hamil : pre-eklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini.

-          Faktor janin

Cacat bawaan, infeksi dalam Rahim.


4.      Kelainan kongenital

Bcberapa faktor yang dapat menyebabkan kelainan kongenital:(7)

a.       Faktor kromosom

Kelainan genetik ibu dan ayah dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayinya. Contoh kelainan ini adalah palatoskisis (sumbing), labioskisis, mongolisme, anensefalus dan meningomielokel.


b.      Faktor infeksi

Infeksi terutama diderita ibu dalam proses organogenesis (triwulan I kehamilan) dapat menimbulkan kelainan kongenital.


c.       Faktor umur

Telah diketahui bahwa mongolisme frekuensinya lcbih sering pada bayi- bayi yang dilahirkan olch ibu yang mendekati masa menopause. Kejadian mongolisme akan meningkat pada ibu usia di atas 30 tahun dan akan lebih tinggi lagi pada usia 40 tahun ke atas.


d.      Faktor gizi

Kekurangan beberapa zat yang penting sclama hamil dapat menimbulkan kelainan pada janin. Frekuensi kelainan kongenital lebih tinggi pada ibu- ibu dengan gizi yang kurang selarna masa kehamilan.


Faktor Pelayanan Kesehatan

1.      Kunjungan Antenatal

Ibu yang melakukan kunjungan ke faskes selama kehamilannya akan menerima pemeriksaan dan pengidentifikasian kondisi-kondisi yang berkaitan dengan komplikasi serta edukasi mengenai tanda bahaya, potensi komplikasi dan tempat untuk mencari pertolongan.(7)


2.      Penolong Persalinan

Persalinan yang ditolong oleh dukun/tenaga tidak terlatih lainnya biasanya kebersihan selama proses persalinan dan perawatan bayi baru lahirnya kurang mendapat perhatian sehingga meningkatkan risiko terjadi infeksi.(5)


3.      Kunjungan Neonatal

Pemeriksaan bayi baru lahir penting untuk mendeteksi masalah sedini mungkin sehingga dapat diobati secara tepat, mempermudah adaptasi pada kehidupan ekstrauterus dan melindungi bayi baru lahir dari proses berbahaya seperti hipotermia dan infeksi.(5)



Faktor Keterlambatan

Kontribusi faktor keterlambatan untuk mendapatkan perawatan merupakan salah satu dari penyebab kematian neonatal. Keterlambatan ini terjadi pada beberapa masalah yaitu:(6)

1.      Keterlambatan dalam memutuskan untuk mencari pengobatan.

Bahkan setelah tanda dan gejala diketahui, keluarga tidak segera mencari pengobatan dengan berbagai alasan seperti: tidak mengerti bahwa kasus tersebut merupakan kasus emergensi, kesulitan biaya dan transportasi, lebih mempercayai dukun, pengalaman yang buruk sebelumnya dengan petugas kesehatan dan lain-lain.


2.      Keterlambatan dalam mencapai fasilitas kesehatan akibat hambatan transportasi dan sumber daya.


3.      Keterlambatan dalam menerima perawatan yang berkualitas pada fasilitas kesehatan.

Seringkali keterlambatan dialami ibu atau bayinya menerima pengobatan walaupun mereka telah mencapai fasilitas kesehatan, seperti:

·         Tenaga, peralatan, dan obat-obatan

·         Tidak ada protokol standar dalam mempertahankan kualitas pelayanan

·         Tidak ada sistem rapid assessment untuk ibu atau bayi

·         Provider tidak terampil

·         Kemampuan interpersonal staf kurang, dan sebagainya.

Daftar Pustaka

1.    Windiarto T, Yusuf AH, Santoso AD, Nugroho S, Latifah S, Solih R, et al. Kematian Neonatal, Bayi, dan Balita. In: Romadhon D, Surbakti IM, Nuryetty MT, Winarsih W, Apriyanto A, Rangkuti H, et al., editors. Profil Anak Indonesia 2018. Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA); 2018. p. 58–61.

2.    Raharni R, Isakh B, Diana I. Profil Kematian Neonatal Berdasarkan Sosio Demografi Dan Kondisi Ibu Saat Hamil Di Indonesia. Bul Penelit Sist Kesehat. 2012;14(4 Okt):391–8.

3.    Tarigan IU, Afifah T, Simbolon D, Daya PS, Kesehatan P, Litbangkes B, et al. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelayanan Bayi Di Indonesia: Pendekatan Analisis Multilevel. J Kesehat Reproduksi. 2017;8(1):103–18.

4.    Badan Pusat Statistik. Angka Kematian Neo-natal [Internet]. 2020 [cited 2020 Jul 30]. Available from: https://sirusa.bps.go.id/sirusa/index.php/indikator/83

5.    Umah SM. Determinan kematian neonatal di daerah rural Indonesia tahun 2008-2012. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah; 2014.

6.    Djaja S, Soemantri S. Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir (Neonatal) dan Sistem Pelayanan Kesehatan yang Berkaitan di Indonesia Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT). Bul Penelit Kesehat. 2003;31(3):155–65.

7.    Alfiah S. Faktor yang Mempengaruhi Kematian Neonatal di Kabupaten Blitar. Surabaya: Universitas Airlangga; 2006.

8.    Saleem S, McClure EM, Goudar SS, Patel A, Esamai F, Garces A, et al. A prospective study of maternal, fetal and neonatal deaths in low- and middle-income countries. Bull World Health Organ. 2014;92(8):605–12.

9.    WHO. Low Birth Weight. Geneva: WHO;2014.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.