Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia
Kematian Neonatal di Indonesia |
Neonatal adalah bayi usia 0-28 hari.
Kondisi neonatal merupakan kondisi yang paling rentan terhadap kematian karena
daya tahan tubuh bayi yang masih rendah.(1) Kematian
neonatal yaitu kematian neonates lahir hidup pada usia gestasi 20 minggu atau
lebih. Sedangkan, neonatus lahir hidup adalah salah satu neonatus yang
menunjukkan bukti hidup setelah lahir, bahkan bila hanya sementara (pernapasan,
denyut jantung, gerakan otot volunter, atau pulsasi dalam korda umbilikalis).(2)
Kematian neonatal terdiri atas kematian neonatal dini dan kematian neonatal lanjut. Kematian neonatal dini merupakan kematian seorang bayi yang dilahirkan hidup dalam 7 hari setelah kelahiran, sedangkan kematian neonatal lanjut merupakan kematian seorang bayi yang dilahirkan hidup lebih dari 7 hari sampai kurang 29 hari. Angka kematian neonatal (AKN) adalah jumlah kematian neonatal per 1.000 kelahiran hidup. Kematian neonatal (bayi umur 0–28 hari) merupakan 2/3 dari kematian bayi. Kematian neonatal dini/perinatal (bayi umur 0–7 hari) merupakan 2/3 dari kematian neonatal.(2)
Rumus AKN:
Ada
dua jenis penyebab kematian bayi yaitu penyebab endogen dan eksogen. Kematian bayi
atau neonatal endogen adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama
setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak
sejak lahir, yang diperoleh dari orangtuanya pada saat konsepsi atau di dapat
selama kehamilan. Sementara penyebab kematian bayi eksogen atau kematian post
neonatal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai
menjelang usia satu tahun yang dipengaruhi oleh lingkungan luar.(3)
Oleh karena kematian neonatal
disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka angka ini
dapat dimanfaatkan untuk menyusun program-program untuk mengurangi angka
kematian neonatal yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan ibu
hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus.(4)
Penyebab Kematian Neonatal
Faktor Sosial-ekonomi (Socioeconomic Factors)
1. Pendidikan
ibu
Semakin meningkatnya
level pendidikan ibu dapat meningkatkan kemampuan ibu untuk memperoleh,
memproses dan memahami informasi dasar kesehatan tentang manfaat pelayanan
sebelum melahirkan dan informasi pelayanan kesehatan reproduksi yang
dibutuhkan. Informasi sangat penting bagi ibu untuk membuat keputusan yang
tepat. Ibu dengan tingkat pendidikan yang tinggi lebih percaya diri bertanya
mengenai pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh dirinya.(5)
Jika pendidikan ibu
rendah, pengetahuan kesehatan didapatkan dari penuturan-penuturan orang tuanya.
Para orang tua memiliki pengalaman diobati oleh dukun. Selain pendidikan, agama
dan budaya setempat juga dapat turut mempengaruhi keputusan ibu.(6)
2. Pekerjaan
ibu
Di negara berkembang,
banyak ibu bekerja keras untuk membantu menopang kehidupan keluarganya
disamping tugas utama mengelola rumah tangga, menyiapkan makanan, mengasuh dan
merawat anak. Salah satu studi menunjukkan bahwa 25% dari rumah tangga sangat
bergantung pada pendapatan kaum perempuan. Jika ibu hamil bekerja terlalu keras
dan intake kalori kurang selama hamil ia lebih mudah melahirkan bayi
dengan berat lahir rendah, yang beresiko lebih mudah terkena penyakit dan
meninggal.(6)
3. Indeks
Kekayaan Rumah Tangga
Rumah tangga miskin yang
tinggal jauh dari fasilitas kesehatan memiliki risiko yang meningkat terhadap
kematian neonatal dan memiliki tantangan untuk mengakses pelayanan tepat waktu
dibandingkan keluarga yang lebih kaya.(5)
Faktor Ibu (Maternal Factors)
Penyebab tidak langsung kematian neonatal salah satunya adalah empat 'terlalu’, yaitu:
1. Terlalu
muda (<20 tahun)
Ketidaksiapan ibu untuk
menerima tugas dan tanggungjawabnya sebagai orang tua. Ibu dianjurkan hamil
pada usia antara 20-35 tahun. Pada usia ini ibu lebih siap hamil secara jasmani
dan kejiwaan.(5)
2. Terlalu
tua (> 35 tahun)
Pada umur 35 tahun atau
lebih, kesehatan ibu sudah menurun, akibatnya ibu hamil pada usia itu mempunyai
kemungkinan lebih besar untuk mempunyai anak cacat, persalinan lama dan
perdarahan.(5)
3. Terlalu
sering (jarak kelahiran <2 tahun)
Seorang ibu memerlukan waktu 2 sampai 10 tahun antara kehamilan agar pulih secara psikologi dari persalinan dan mempersiapkan diri untuk hamil berikutnya. Semakin pendek jarak kehamilan antara 2 kelahiran semakin besar risiko melahirkan BBLR atau terjadi kematian, Kejadian tersebut disebabkan oleh komplikasi pendarahan antepartumn, partus prematur dan anemia berat. Jarak kehamnilan yang sangat pendek dan jarak yang sangat panjang menjadi faktor risiko terjadinya ibu melahirkan bayi BBLR. Selain itu, perhatian ibu terhadap pemeliharaan dan pengasuhan anak juga akan berkurang.(7)
4. Terlalu
banyak (jumlah >3 anak)
Ibu yang telah melahirkan
>3 anak mempunyai kecenderungan untuk mengalami kejadian kematian neonatal
sebesar 1.66 kali dibandingkan ibu yang baru melahirkan 1-3 anak.(5)
Selain itu, faktor ibu
lainnya yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan neonatus adalah kondisi kesehatan
ibu, diantaranya:
1. Infeksi
pada Ibu
Ibu yang menderita
infeksi ketika hamil dapat menyebabkan dampak yang besar terhadap ibu sendiri
maupun janin dan bayi neonatal seperti cacat kongenital (infeksi rubella),
infeksi neonatal (gonorrhoea atau infeksi streptococcus group B),
berat bayi lahir rendah (malaria).(6)
2. Anemi
pada Ibu
Ibu yang menderita
anemi dari kasus kematian neonatal sebesar 7,5%. Anemi disebabkan banyak faktor,
tetapi penyebab utama adalah diet yang tidak adekuat, absorpsi besi yang
rendah, atau kekurangan nutrien lain seperti folic acid, vitamin A dan C.
Vitamin A dan C berperan meningkatkan absorpsi dari besi. Malaria dan penyakit
cacing berkontribusi terhadap terjadinya anemi. Bila ibu hamil menderita anemi
dan mengalami perdarahan maka akan mempercepat terjadinya shock karena
ia tidak dapat mentoleransi ke hilangan darah, dan dampak terhadap bayi adalah
mudah terjadi asfiksia, lahir mati dan berat lahir rendah.(6)
3.
Pre-eclampsia/eclampsia (PE/E)
Selain merupakan
salah satu penyebab utama kematian ibu, PE/E juga mempunyai kontribusi besar terhadap
kematian janin dan bayi baru lahir karena terkait asfiksia dan prematuritas.(8)
4.
Perdarahan dan obstructed
labour
Perdarahan dan obstructed labour meningkatkan
risiko kematian neonatal dini karena asfiksia.(8)
Faktor Neonatal (Neonatal Factors)
1. Asfiksia
Menurut WHO, birth
asphyxia merupakan salah satu penyebab kematian neonatal terbesar.
Diperkirakan sepertiga bayi-bayi yang membutuhkan resusitasi tidak
memperlihatkan tanda bahaya, oleh sebab itu hal ini sangat kritis bagi petugas
kesehatan dilengkapi dan dilatih untuk dapat melakukan resusitasi neonatal yang
sederhana dan efektif pada setiap persalinan.(6)
2. Infeksi
Neonatus
Infeksi pada neonatus dapat melalui
beberapa cara diantaranya:(7)
a. Infeksi
antenatal
Kuman mencapai janin
melalui pembuluh darah ibu ke plasenta. Kuman yang dapat memasuki janin melalui
jalan ini ialah:
- Virus : Rubella, poliomyelitis, koksakie, variola, vaksinia, sitomegalovirus
-
Spirokaeta : Sifilis
- Bakteria : Jarang sekali dapat melewati plasenta, kecuali Escherichia coli dan
Listeria monocytogenes,
b. Infeksi
intranatal
Kuman dari vagina naik
dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Ketuban pecah mempunyai
peranan penting terhadap timbulnya plasentitis dan omnionitis. Infeksi dapat
terjadi walaupun ketuban masih utuh, misalnya pada partus lama dan seringnya
pemeriksaan vaginal.
c. Inteksi
postnatal
Infeksi yang terjadi
sesudah bayi lahir dan biasanya merupakan infeksi yang diperoleh (acquired
infection). Infcksi terjadi scbagai akibat penggunaan alat, atau perawatan yang
tidak steril, atau karena cross infection.
3. BBLR
WHO mengelompokkan BBLR
menjadi 3 macam, yaitu:(9)
-
BBLR (1500–2499 gram)
-
BBLSR (1000- 1499 gram)
-
BBLER (< 1000 gram)
BBLR adalah salah satu
faktor utama kematian neonatal. Faktor yang dapat menyebabkan BBLR diantaranya
sebagai berikut:(9)
-
Faktor ibu
Gizi saat hamil kurang,
umur <20 tahun atau >35 tahun, jarak hamil terlalu dekat, penyakit
menahun ibu (hipertensi, jantung), perokok, faktor bekerja berat.
-
Faktor kehamilan
Hamil dengan hidramnion,
hamil ganda, pendarahan antepartum, komplikasi hamil : pre-eklamsia/eklamsia,
ketuban pecah dini.
-
Faktor janin
Cacat bawaan, infeksi dalam
Rahim.
4. Kelainan
kongenital
Bcberapa faktor yang
dapat menyebabkan kelainan kongenital:(7)
a. Faktor
kromosom
Kelainan genetik ibu dan
ayah dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayinya. Contoh kelainan ini
adalah palatoskisis (sumbing), labioskisis, mongolisme, anensefalus dan
meningomielokel.
b. Faktor
infeksi
Infeksi terutama diderita
ibu dalam proses organogenesis (triwulan I kehamilan) dapat menimbulkan
kelainan kongenital.
c. Faktor
umur
Telah diketahui bahwa
mongolisme frekuensinya lcbih sering pada bayi- bayi yang dilahirkan olch ibu
yang mendekati masa menopause. Kejadian mongolisme akan meningkat pada ibu usia
di atas 30 tahun dan akan lebih tinggi lagi pada usia 40 tahun ke atas.
d. Faktor
gizi
Kekurangan beberapa zat
yang penting sclama hamil dapat menimbulkan kelainan pada janin. Frekuensi
kelainan kongenital lebih tinggi pada ibu- ibu dengan gizi yang kurang selarna
masa kehamilan.
Faktor Pelayanan Kesehatan
1. Kunjungan
Antenatal
Ibu yang melakukan
kunjungan ke faskes selama kehamilannya akan menerima pemeriksaan dan
pengidentifikasian kondisi-kondisi yang berkaitan dengan komplikasi serta
edukasi mengenai tanda bahaya, potensi komplikasi dan tempat untuk mencari
pertolongan.(7)
2. Penolong
Persalinan
Persalinan yang ditolong
oleh dukun/tenaga tidak terlatih lainnya biasanya kebersihan selama proses persalinan
dan perawatan bayi baru lahirnya kurang mendapat perhatian sehingga
meningkatkan risiko terjadi infeksi.(5)
3. Kunjungan
Neonatal
Pemeriksaan bayi baru
lahir penting untuk mendeteksi masalah sedini mungkin sehingga dapat diobati
secara tepat, mempermudah adaptasi pada kehidupan ekstrauterus dan melindungi
bayi baru lahir dari proses berbahaya seperti hipotermia dan infeksi.(5)
Faktor Keterlambatan
Kontribusi faktor keterlambatan untuk
mendapatkan perawatan merupakan salah satu dari penyebab kematian neonatal.
Keterlambatan ini terjadi pada beberapa masalah yaitu:(6)
1. Keterlambatan
dalam memutuskan untuk mencari pengobatan.
Bahkan setelah tanda dan gejala diketahui,
keluarga tidak segera mencari pengobatan dengan berbagai alasan seperti: tidak
mengerti bahwa kasus tersebut merupakan kasus emergensi, kesulitan biaya dan
transportasi, lebih mempercayai dukun, pengalaman yang buruk sebelumnya dengan
petugas kesehatan dan lain-lain.
2. Keterlambatan
dalam mencapai fasilitas kesehatan akibat hambatan transportasi dan sumber
daya.
3. Keterlambatan
dalam menerima perawatan yang berkualitas pada fasilitas kesehatan.
Seringkali keterlambatan dialami ibu atau
bayinya menerima pengobatan walaupun mereka telah mencapai fasilitas kesehatan,
seperti:
·
Tenaga, peralatan, dan
obat-obatan
·
Tidak ada protokol
standar dalam mempertahankan kualitas pelayanan
·
Tidak ada sistem rapid
assessment untuk ibu atau bayi
·
Provider tidak terampil
·
Kemampuan interpersonal
staf kurang, dan sebagainya.
Daftar
Pustaka
1. Windiarto T, Yusuf
AH, Santoso AD, Nugroho S, Latifah S, Solih R, et al. Kematian Neonatal, Bayi,
dan Balita. In: Romadhon D, Surbakti IM, Nuryetty MT, Winarsih W, Apriyanto A,
Rangkuti H, et al., editors. Profil Anak Indonesia 2018. Jakarta: Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA); 2018. p. 58–61.
2. Raharni R, Isakh
B, Diana I. Profil Kematian Neonatal Berdasarkan Sosio Demografi Dan Kondisi
Ibu Saat Hamil Di Indonesia. Bul Penelit Sist Kesehat. 2012;14(4 Okt):391–8.
3. Tarigan IU, Afifah
T, Simbolon D, Daya PS, Kesehatan P, Litbangkes B, et al. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Pelayanan Bayi Di Indonesia: Pendekatan Analisis Multilevel.
J Kesehat Reproduksi. 2017;8(1):103–18.
4. Badan Pusat
Statistik. Angka Kematian Neo-natal [Internet]. 2020 [cited 2020 Jul 30].
Available from: https://sirusa.bps.go.id/sirusa/index.php/indikator/83
5. Umah SM.
Determinan kematian neonatal di daerah rural Indonesia tahun 2008-2012.
Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah; 2014.
6. Djaja S, Soemantri
S. Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir (Neonatal) dan Sistem Pelayanan Kesehatan
yang Berkaitan di Indonesia Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT). Bul Penelit
Kesehat. 2003;31(3):155–65.
7. Alfiah S. Faktor
yang Mempengaruhi Kematian Neonatal di Kabupaten Blitar. Surabaya: Universitas
Airlangga; 2006.
8. Saleem S, McClure
EM, Goudar SS, Patel A, Esamai F, Garces A, et al. A prospective study of
maternal, fetal and neonatal deaths in low- and middle-income countries. Bull
World Health Organ. 2014;92(8):605–12.
9. WHO. Low Birth Weight. Geneva: WHO;2014.
Tidak ada komentar: